Sabtu, 28 Maret 2009

Tanggul Situ Gintung Jebol, Puluhan Rumah Hancur


Kamis malam itu (26/03/2009) warga sudah terlelap. Hujan deras terus menyiram Cireundeu. Mulyadi, yang belum memejamkan mata mendengar suara aneh dari arah Situ Gintung, yang tak begitu jauh dari rumahnya.

 

Mulyadi cemas, sebab itu tanda bahaya. Dia lalu bergegas melihat tanggul situ itu. Jarum jam menunjukan pukul 00.00 WIB.

Mulyadi terkejut sebab lubang tanggul sudah jebol sepanjang lima meter. Terburu-buru dia pulang ke rumah. Mengungsikan istri dan dua anaknya ke rumah nenek. Dari Masjid Jabalulrahman kabar itu diumumkan ke seluruh warga.

 

Pukul 02.02 Mulyadi kembali ke situ itu. Dia bergerak ke jembatan tanggul penahan air. “Saya rasakan tanggul sudah mulai goyang,” katanya kepada Vivanews. Mulyadi merasa petaka kian dekat. Tanah mulai terkikis.

 

Dan benar saja. Subuh hari tanggul itu jebol. Menyapu semua rumah, mobil dan hingga kini 52 orang tewas. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla langsung berkunjung ke sana.

 

Dibangun pada jaman penjajahan Belanda, situ ini sejatinya adalah saluran irigasi. Belakangan, setelah merdeka, saluran itu berubah fungsi menjadi waduk konservasi wisata.

 

Hampir semua jenis hiburan ada di sini. Permainan anak-anak, waterboom, banana boat untuk mengitari situ, perahu layar dan berbagai perlengkapan hiburan lain tumpah di situ itu.

 

Sebuah pulau, yang terletak di tengah situ itu, juga jadi arena wisata. Di sana ada penginapan, aula, lapangan tenis dan fasilitas wisata lainnya. Singkat kata Situ Gintung sudah menjadi kawasan wisata.

 

Pengalihan fungsi ini, kata Direktur Sungai dan Waduk Departemen Pekerjaan Umum, Widagdo, membuat pintu pengambilan air tidak berfungsi. “Jadi sebelum peristiwa ini terjadi, fungsi Situ Gintung sudah menjadi waduk konservasi,” kata Widagdo.

 

Walau situ itu berhimpitan dengan wilayah Jakarta Selatan, penggelolaannya dibawah Dinas Pariwisara Provinsi Banten.

Semula Situ Gintung seluas 28 hektar, belakangan menyempit menjadi 21 hektar. Kedalamannya rata-rata 4 meter. Dengan luas dan kedalaman seperti itu, situ ini sanggup menampung air 1 juta meter kubik.

 

Tapi sejak sehari sebelum petaka itu datang, hujan deras terus mengguyur. Karena hujan lebat, “Debit air melonjak dan lebih satu juta,” kata Widagdo. Tanggul tak lagi sanggup menahan debit air. Perlahan-lahan dindinnya retak, lalu jebol.

 

“Bayangkan saja, air sebanyak 1 juta kubik terjun ke bawah menerjang pemukiman,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla yang berkunjung ke lokasi bencana.

 

Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, ditempat kejadian mengatakan, renovasi terhadap tanggul Situ Gintung sudah direncanakan sejak dua tahun lalu. Tapi rencana itu, kata Atut, gagal karena duit cekak.

 

Setelah situ ini merengut 52 jiwa dan menghanyutkan rumah dan mobil, pemerintah tampaknya harus segera memperbaiki situ ini. Ratu Atut memastikan perbaikan itu akan dikoordinasikan kembali kepada Sumber Daya Air (SDA) Balai Besar Ciluwung dan Cisadane.

 

 

 

 

 

Update :

Jakarta - Korban jiwa akibat jebolnya tanggul Situ Gintung, Cireundeu, Tangerang, Banten bertambah menjadi 77 orang. Lebih dari 100 orang masih belum ditemukan.
"Dampak jebol Danau Situ Gintung, wafat 77 orang, hilang lebih 100 orang dan luka 179 orang," ujar Kepala Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Departemen Kesehatan (Depkes) Rustam S Pakaya dalam pesan singkatnya Sabtu (28/3/2009).
Rustam menambahkan data hingga pukul 12.00 WIB hari ini, 179 orang luka termasuk 6 orang yang menjalani rawat inap. Depkes pun sudah mengirimkan 4 tenda rumah sakit lapangan plus mesin pendingin udara.
Selain itu, 100 kantong mayat, 100 sepatu boot, 25 paket antileptospirosis, 2 paket obat-obatan dan 2 ton makanan pengganti ASI dan paket antibisa ular pun sudah dikirimkan Depkes.
"Tim kesehatan PPK DKI dan Banten masih di 7 posko kesehatan. Masih terkendali," ujar Rustam.

    (detiknews.com: Sabtu, 28/03/2009 12:39 WIB)

0 comments:

Posting Komentar